Skip to main content

4 Sajak (Puisi) Lama Bagus Indah Keren

ENGKAU YANG TAKUT MEMBACA ISYARAT

engkau demikian takut membaca isyarat. tapi kemestian akan tiba juga. walau kau tolak. walau kau kata tak hendak. karena hati yang tak sepenuh niat. menggamangkan langkah. memutar dirimu memutar mutar. dalam lingkaran memusar. di peta labirin tanya jawabmu sendiri. o, engkau yang menyimpan dendam amarah dan rindu cinta di hati. ke mana kau akan pergi. menuju inginmu sendiri. di peta mimpimu sendiri. atau di rajah nasibmu sendiri.


ENGKAU DAN SEBUAH KEBUN

di taman itu kebun yang dirawatnya sendiri dengan tangannya ditanam pengetahuan yang menggoda dirimu memakan buahnya hingga berlepasan pakaian cahaya dari tubuh dan kau pergi dari taman itu dengan sesal di hati dengan duka di hati karena terusir ke goda demi goda lalu engkau mengembara pada kata kata yang diajarkannya suatu ketika rahasia semesta juga tentang darah yang ngalir dari kanak-kanakmu juga air bah yang melanda negeri negeri para pendosa karena telah dilupa oleh goda musuhmu yang nyata yang menggodamu untuk melupakannya selamanya


KAU YANG MEMBACA ROMEO DAN JULIET

sebagai kau catat, mungkin di baris-baris puisi yang mencucurkan airmata, tapi siapa yang akan mengenangmu lagi, selain mimpi-mimpi dikekalkan sendiri, di malam-malam derai tangisnya. mungkin kau bayangkan dirimu seperti romeo, dan perempuan itu bernama juliet, dan demi cinta diteguk racun itu. ditikamkan juga pisau ke jantung sendiri. demi cinta dan airmata. o, hiduplah para romantik dengan segala mimpinya!


GOYANG MENGGOYANG
: inul

kau kabarkan kecemasan huruf huruf yang menggeliat dalam kalimat penat jam jam gaduh meriuh dalam dada orang orang ramai menari bersama kekalutan pinggul meliuk gemuruh ditepuk muka muka merah gairah marah malu meneganglah menegang antena parabola mencari aroma

keringat menderas
mencurah
dalam teriak
dalam serak
mabuk erotika

panggung bergoyang goyang mata bergoyang goyang pinggul bergoyang goyang memutar memutar menggoyang napsu menggelinjang mengejang ngejang di bawa ke dalam mimpi mimpi

wajah mengelupas
topeng
wajah membuka
topeng
wajah melepas
topeng
wajah mengoyak
topeng

koyak moyaklah segala tabir mengelupas kelupas segala selaput membuka buka segala imaji liar melepas lepas segala deru napas digoyang goyang menggoyang goyang pinggul dada pinggul dada lutut kaki lutut kaki mata dikerling mata diputar putar pusar perut diputar putar

mabuk erotika
dalam teriak
dalam serak
mencurah keringat
menderas

Mei, 2003

Comments

Popular posts from this blog

Kumpulan Puisi Orang Yang Merenung dan Perenungan

Kumpulan Puisi  sajak-sajak: nanang suryadi   ORANG YANG MERENUNG  PRIBADI YANG TERBELAH bercakap sebagai karib yang selalu menghinakan satu sama lain melecehkan, bertempur dalam ruang dan waktu: diri! ada berapa kepribadian yang hadir pada dirimu? bertolak belakang paradoksal atau saling melengkapi sebagai harmoni sekular atau tak dikotomis atau bukan engkau hadir mencoba untuk tidak goyah, utuh mengatakan pada dunia tapi tak bisa senantiasa ada dialektik senantiasa ada keinginan-keinginan manusia yang tak terpadamkan , sepertinya..... Malang, 7 Juni 1997 ORANG YANG MERENUNG buat: cak zen tanda yang membayang pada bola mata adalah dunia berputaran dalam benak kepala terbacalah kegundahan manusia merenungkan kehidupan sebagai cerita tiada habis-habisnya seperti juga ayat yang terbuka untuk ditafsirkan alam mengajarkan rahasia-rahasia sebagai tanda-tanda terbacakah juga di situ segala jawaban? orang yang merenung ...

Kumpulan Puisi Sosial Politik Kemasyarakatan

Kumpulan Puisi Sosial Politik Kemasyarakatan SAJAK-SAJAK NANANG SURYADI  ORANG ORANG  YANG MENYIMPAN API DALAM KEPALANYA PADA TEMARAM PERTARUHAN DIMAINKAN di sudut sebuah pasar malam, bayangan tentang las vegas, macao, dan crown melintas-lintas dalam benakku, seorang perempuan tua meraup coin dari alas penuh nomer, pada temaram pertaruhan dimainkan, nasib baik atau buruk penjudi kelas teri di pojok yang lain, gambar ikan dan udang yang ditebak menyimbolkan apa? selain penasaran yang minta dilunaskan, karena kekalahan menikam ulu hati, memakilah, karena tiada mampu berbuat apa melihat segalanya terjadi: upeti diselinapkan pada tangan siapa. namun adakah yang peduli, karena pertaruhan terus dimainkan. hidup dan mati di meja kehidupan. (sepertinya malam telah begitu larut, dalam benak kita menari-nari dursasana dan sengkuni yang menang dadu. adakah kita pandawa yang terusir ke hutan belantara?) Malang, 1997 KINCIR DIAM SEBUAH PA...

Bulan di Langit Malam

Melintasi malam Bulan separuh Di langit cerah Cahayanya menerang Di kejauhan Malang, 2023