Skip to main content

Pinjam Celana

:jokpin

aku pinjam celana sebentar,
aku ingin menulis puisi tentang senja,
mungkin juga tentang sebuah celana,
yang aku pinjam, senja ini
sebentar saja

"tapi celanaku telah usang, nanang
aku pinjamkan rambut saja, mau?"

rambut? rambut siapa yang
bertumbuhan di halaman tubuhmu
disisir hujan tak henti merindu

"hahaha, pakai payung dong!"

ya, ya, rambut kehujanan menggigil
tanpa payung

dan celana

Comments

dewi.penyair said…
aku pun pinjam katamu sebentar, untuk menepis semua gelisah hatiku, mencari sesosok yang tengah kurindu, aku pinjam katamu, aku pinjam keceriaan hatimu, sebentar saja.... hingga aku tak sesedih saat ini, merana dalam rinduku,bahkan kalau mungkin, pinjamkan juga pundakmu, sebentar saja..... hingga aku terlelap sejenak, melupakan semua kepedihan hatiku.
Unknown said…
ass
pak met kenal yach saya dapet link bapak dari pusi mania
but puisi 2 nya berat 2 juga nih
hehehehehhe
tapi pengungkapanya jujur itu yang saya suka
wah tambah lebih meriah lagi tambah shour box pak
biar tambah interkasih dari pembaca

namun keep sukses deh yach pak

dari guzt
www.si-rendra.uni.cc
pencinta sastra indonesia
rush said…
wah.. saya bisa berguru sama bapak kalo gini..hehehehe maklum dah saya masih muda dan cuman bisa buat puisi cinta
( jadi malu...)

pak kunjungin blog gw yah...

choxpoems.blogspot.com
Lee said…
masih segar dan utuh....

Popular posts from this blog

Kumpulan Puisi Sosial Politik Kemasyarakatan

Kumpulan Puisi Sosial Politik Kemasyarakatan SAJAK-SAJAK NANANG SURYADI  ORANG ORANG  YANG MENYIMPAN API DALAM KEPALANYA PADA TEMARAM PERTARUHAN DIMAINKAN di sudut sebuah pasar malam, bayangan tentang las vegas, macao, dan crown melintas-lintas dalam benakku, seorang perempuan tua meraup coin dari alas penuh nomer, pada temaram pertaruhan dimainkan, nasib baik atau buruk penjudi kelas teri di pojok yang lain, gambar ikan dan udang yang ditebak menyimbolkan apa? selain penasaran yang minta dilunaskan, karena kekalahan menikam ulu hati, memakilah, karena tiada mampu berbuat apa melihat segalanya terjadi: upeti diselinapkan pada tangan siapa. namun adakah yang peduli, karena pertaruhan terus dimainkan. hidup dan mati di meja kehidupan. (sepertinya malam telah begitu larut, dalam benak kita menari-nari dursasana dan sengkuni yang menang dadu. adakah kita pandawa yang terusir ke hutan belantara?) Malang, 1997 KINCIR DIAM SEBUAH PASAR MALAM

Kumpulan Puisi Protes Sosial: Surat Untuk Ibu Pertiwi

Sajak-sajak NanaNg SuRyaDi SURAT UNTUK IBU PERTIWI STOP PRESS, 1998 "untuk hidup mengapa begitu rumitnya?" televisi menyala: rupiah terpuruk jatuh harga membumbung tinggi banyak orang hilang tak tentu rimbanya 12 Mei 1998 mahasiswa mati tertembak siapa? 13-14 Mei 1998 kota-kota terbakar kerusuhan perkosaan, teror! 21 Mei 1998: "sang raja lengser keprabon" graffiti menyala di tembok-tembok: "pendukung reformasi" eksodus: "singapura-hongkong-china-taiwan!" munaslub: "turunkan para pengkhianat!" ninja beraksi, orang berlari, maubere: "referendum!" "mengapa hidup begitu rumitnya?" seorang ayah bunuh diri bersama empat anaknya 1998, belum usai... (hari ini ada berita apa lagi?) Malang, 1998  DERING TELPON DARI MANA ASALNYA dering telpon dari mana asalnya, berdering-dering saja, kabarkan apa, apakah berita yang sama seperti kemarin, tentang sebuah negara berkembang

Contoh Sajak Rindu kepada Tuhan

Di Saat Aku Merinduimu Genta waktu yang kau bunyikan Dentingnya sampai di sini Di penghujung hari Saat ku merinduimu Apa yang ingin kau kabarkan? Di kelebat saat yang fana Engkau demikian abadi Dalam ingatanku Sejak kau hembus Tak pupus Hingga kini Hingga gigilku sendiri Merinduimu Di lelangit harap dan mimpi Kutatap Juntaian takdir Leliku Jalan-jalan bercabang Sampaikah aku Menujumu? Di hariba Cintamu