Menyeberang jembatan ke utara. Memandang selat honshu-kyushu. Lautan pasifik yang biru. Utara. Selatan. Utara. Selatan. Kemakmuran merata. Pajak membangun jalan-jalan. Pajak menanam pohon-pohon. Pajak membentangkan jembatan. Negara melambaikan bendera dan undang-undang. Negara memasuki rekening tabungan para penunggak pajak. Negara tak mengurusi agama warganya. Negara menagih haknya. Warga memberikan uangnya. Warga menuntut haknya. Negara memberi kewajibannya. Dari selatan ke utara. Dari kyushu ke honshu. Aku merindu tanah airku.
Kumpulan Puisi Sosial Politik Kemasyarakatan SAJAK-SAJAK NANANG SURYADI ORANG ORANG YANG MENYIMPAN API DALAM KEPALANYA PADA TEMARAM PERTARUHAN DIMAINKAN di sudut sebuah pasar malam, bayangan tentang las vegas, macao, dan crown melintas-lintas dalam benakku, seorang perempuan tua meraup coin dari alas penuh nomer, pada temaram pertaruhan dimainkan, nasib baik atau buruk penjudi kelas teri di pojok yang lain, gambar ikan dan udang yang ditebak menyimbolkan apa? selain penasaran yang minta dilunaskan, karena kekalahan menikam ulu hati, memakilah, karena tiada mampu berbuat apa melihat segalanya terjadi: upeti diselinapkan pada tangan siapa. namun adakah yang peduli, karena pertaruhan terus dimainkan. hidup dan mati di meja kehidupan. (sepertinya malam telah begitu larut, dalam benak kita menari-nari dursasana dan sengkuni yang menang dadu. adakah kita pandawa yang terusir ke hutan belantara?) Malang, 1997 KINCIR DIAM SEBUAH PASAR MALAM
Comments