Skip to main content

Download Kumpulan Puisi Telah dialamatkan Padamu


Kumpulan Puisi Telah dialamatkan Padamu

 DAFTAR ISI
  1. Kata Pengantar: ‘Erotisme Religius’ Sajak Nanang
  2. Daftar Isi
  3. Intro
  4. Dalam Sajak
  5. Yang Menyimpan Rindu
  6. Berjalan Di Bawah Gerimis
  7. Sketsa Jejak
  8. Bagaimana Diterjemah
  9. Terjemah Hujan
  10. Mata
  11. Tanah Lot
  12. Sang Pertapa
  13. Demikianlah Hujan
  14. Sebutir Biru Berkejapan
  15. Mengaji Kanak
  16. Seperti Kudengar Derai
  17. Bintang Biru Yang Sepi
  18. Kau Katakan Mengenali Jejak
  19. Perempuan Pagi Berwajah Puisi
  20. Ziarah Kenangan
  21. Symphony No.40 in G Minor
  22. Mencatatkan Alamat
  23. Sebusur Panah; Lekaslah!
  24. 23.30
  25. Seperti Engkau Yang Gemetar
  26. Mencintaimu Adalah Mencintai Aliran Air Tak Henti Mengalir
  27. Sebagai Upacara
  28. Jam Yang Menyerpih
  29. Perempuan Yang Bernama Kesangsian
  30. Seperti Kuseka Malam
  31. Seorang Yang Merangkai Bunga
  32. Seorang Yang Melipat Sepi
  33. Tiktaknya Begitu Nyaring Dalam Sunyi
  34. Tari Bulan
  35. Mungkin Kau Adalah Angin
  36. Catatan May
  37. Seperti Sebuah Risau
  38. Memory Pada Sebuah Jalan
  39. Black Hole
  40. Namun Engkau
  41. Ingatan Dari Kuntum Kuntum Mawar Oranye
  42. Istirahlah Di Dalam Mimpiku
  43. Yang Terbubuh Pada Waktu
  44. Imaji Yang Bertanggalan
  45. Hingga Mimpimu Menjelma Jadi Ledakan
  46. Inilah Hujan Di Saat Senja
  47. Igauan Sebuah Topeng
  48. Sketsa Peta Tak Bernama
  49. Tik Tak Tik Tak : 01.05
  50. Abstraksi Diri
  51. Pada Airmata
  52. Cahaya + Kemarau + Kabut
  53. Dongeng Impian Yang Dihancurkan
  54. Amsal Kesabaran
  55. Harap
  56. Bebuahan Cahaya
  57. Bayang
  58. Mengekalkan Airmata
  59. Narasi Orang Bosan
  60. Dongeng Keledai
  61. Berhentilah!
  62. Yang Dibakar Api Murni
  63. =Aiueo? Kosa Kata=
  64. Tanya
  65. Seribu Bulan
  66. Kata Yang Terpatah
  67. Aku Adalah
  68. Kepak Sayapku Tak Sampai Pada Engkau
  69. Mabuk Tarian
  70. Aku Gelandangan Mencari-Mu
  71. Persembahan Darah
  72. Langit Tumbang
  73. Membaca Darah
  74. Jalan Cinta
  75. Di mana Engkau
  76. Tawanan Cahaya
  77. Sampai Rindu Pada Cintaku
  78. Tualang
  79. Gelombang Sunyi
  80. Penari Telanjang
  81. Dirindurindu
  82. Seorang Aku, Menari-Nari
  83. Orang Yang Gemetar
  84. Mawar
  85. Kaulah Segala Takjub
  86. Sungguhkah Aku Mencintaimu
  87. Sepi Yang Membakar
  88. Kenang
  89. Engkau Yang Merindu
  90. Sesayap Sayat
  91. —~~~~~~++
  92. Sebuah Negeri Bernama Cinta
  93. Gapai
  94. Tak Sampai?
  95. Telah Dialamatkan Padamu
  96. Memandang Senja
  97. Menemu Pukau Rinduku
  98. Takluk
  99. Dan Akupun Menyerah
  100. Demikianlah Ia Berbahagia
  101. Kita Berjalan
  102. Epilog
  103. Biodata Penulis



Sila ditengok juga:

Puisi Universitas Brawijaya 
Nanang Suryadi Lecture UB
Web Nanang Suryadi
The Art of Marketing & Poetry

Comments

Popular posts from this blog

Kumpulan Puisi Orang Yang Merenung dan Perenungan

Kumpulan Puisi  sajak-sajak: nanang suryadi   ORANG YANG MERENUNG  PRIBADI YANG TERBELAH bercakap sebagai karib yang selalu menghinakan satu sama lain melecehkan, bertempur dalam ruang dan waktu: diri! ada berapa kepribadian yang hadir pada dirimu? bertolak belakang paradoksal atau saling melengkapi sebagai harmoni sekular atau tak dikotomis atau bukan engkau hadir mencoba untuk tidak goyah, utuh mengatakan pada dunia tapi tak bisa senantiasa ada dialektik senantiasa ada keinginan-keinginan manusia yang tak terpadamkan , sepertinya..... Malang, 7 Juni 1997 ORANG YANG MERENUNG buat: cak zen tanda yang membayang pada bola mata adalah dunia berputaran dalam benak kepala terbacalah kegundahan manusia merenungkan kehidupan sebagai cerita tiada habis-habisnya seperti juga ayat yang terbuka untuk ditafsirkan alam mengajarkan rahasia-rahasia sebagai tanda-tanda terbacakah juga di situ segala jawaban? orang yang merenung membaca tanda-tanda

Kumpulan Puisi Sosial Politik Kemasyarakatan

Kumpulan Puisi Sosial Politik Kemasyarakatan SAJAK-SAJAK NANANG SURYADI  ORANG ORANG  YANG MENYIMPAN API DALAM KEPALANYA PADA TEMARAM PERTARUHAN DIMAINKAN di sudut sebuah pasar malam, bayangan tentang las vegas, macao, dan crown melintas-lintas dalam benakku, seorang perempuan tua meraup coin dari alas penuh nomer, pada temaram pertaruhan dimainkan, nasib baik atau buruk penjudi kelas teri di pojok yang lain, gambar ikan dan udang yang ditebak menyimbolkan apa? selain penasaran yang minta dilunaskan, karena kekalahan menikam ulu hati, memakilah, karena tiada mampu berbuat apa melihat segalanya terjadi: upeti diselinapkan pada tangan siapa. namun adakah yang peduli, karena pertaruhan terus dimainkan. hidup dan mati di meja kehidupan. (sepertinya malam telah begitu larut, dalam benak kita menari-nari dursasana dan sengkuni yang menang dadu. adakah kita pandawa yang terusir ke hutan belantara?) Malang, 1997 KINCIR DIAM SEBUAH PASAR MALAM

Kumpulan Puisi Protes Sosial: Surat Untuk Ibu Pertiwi

Sajak-sajak NanaNg SuRyaDi SURAT UNTUK IBU PERTIWI STOP PRESS, 1998 "untuk hidup mengapa begitu rumitnya?" televisi menyala: rupiah terpuruk jatuh harga membumbung tinggi banyak orang hilang tak tentu rimbanya 12 Mei 1998 mahasiswa mati tertembak siapa? 13-14 Mei 1998 kota-kota terbakar kerusuhan perkosaan, teror! 21 Mei 1998: "sang raja lengser keprabon" graffiti menyala di tembok-tembok: "pendukung reformasi" eksodus: "singapura-hongkong-china-taiwan!" munaslub: "turunkan para pengkhianat!" ninja beraksi, orang berlari, maubere: "referendum!" "mengapa hidup begitu rumitnya?" seorang ayah bunuh diri bersama empat anaknya 1998, belum usai... (hari ini ada berita apa lagi?) Malang, 1998  DERING TELPON DARI MANA ASALNYA dering telpon dari mana asalnya, berdering-dering saja, kabarkan apa, apakah berita yang sama seperti kemarin, tentang sebuah negara berkembang