engkau yang menembus hujan, engkau yang menembus malam, engkau yang menembus ketidakpastian, dengan keberanian
ada yang gaduh, di dalam kepala bertabuh. ada yang mengaduh, menyimpan keluh kemana cinta kan berlabuh
mungkin puisi bisa menghiburmu, dari rasa sia sia dan putus asa, juga niat bunuh diri
o, engkau yang meresah galau, menelusur hari hari hari gaduh yang membuatmu mengaduh, berapa cinta kau pinta?
mata siapa yang mengintip ke dalam palung jiwamu, yang penuh gelegak api, neraka yang menghanguskan
beri aku kata penuh metafora, sebagai puisi yang menyemburkan api dari kedalaman jiwamu, manusia sepi
sebaris luka, di bait yang sama, hanya doa penuh cinta yang sanggup menyembuhkannya
aku mencinta dengan keras kepala, karena puisi mengajarkan ketabahan, dari derita dan luka
siapa yang meramalkan jari jemari, memeta garis tangan, penyair yang sepi, menyalakan api di dinihari begini
bulan meretak, cahayanya telah dipungut bayang bayang, sunyi kian mengelam, di mata membayang
Malang, 2011
ada yang gaduh, di dalam kepala bertabuh. ada yang mengaduh, menyimpan keluh kemana cinta kan berlabuh
mungkin puisi bisa menghiburmu, dari rasa sia sia dan putus asa, juga niat bunuh diri
o, engkau yang meresah galau, menelusur hari hari hari gaduh yang membuatmu mengaduh, berapa cinta kau pinta?
mata siapa yang mengintip ke dalam palung jiwamu, yang penuh gelegak api, neraka yang menghanguskan
beri aku kata penuh metafora, sebagai puisi yang menyemburkan api dari kedalaman jiwamu, manusia sepi
sebaris luka, di bait yang sama, hanya doa penuh cinta yang sanggup menyembuhkannya
aku mencinta dengan keras kepala, karena puisi mengajarkan ketabahan, dari derita dan luka
siapa yang meramalkan jari jemari, memeta garis tangan, penyair yang sepi, menyalakan api di dinihari begini
bulan meretak, cahayanya telah dipungut bayang bayang, sunyi kian mengelam, di mata membayang
Malang, 2011
Comments