Skip to main content

Menelusur Malam, Menembus Temaram

(1)
menelusur malam. cahaya lampu. jalan raya yang menjadi kenang. pada tanda tanda. yang tak henti melambai. dari lagu lagu yang diputar berulangkali. di dalam rekaman ingatan. mungkin bukan lirik yang sederhana. mungkin bukan sajak yang bersahaja. karena puisi memberi rahasianya sendiri. seperti….

(2)
jalan yang tak juga lengang. seperti dalam ingatan. penuh klakson dan deru. penuh rambu. tanda tanda yang harus kubaca. biar tak sesat diri. menafsir makna. menafsir marka. menafsir bahasa jalan raya.

(3)
malang pasuruan probolinggo situbondo banyuwangi pantai utara timur jawa membaca tanda dari titik ke berapa di panarukan kaki deandels dijejakkan sejarah yang hilir mudik dalam ingatan

(4)
menembus malam. dinihari yang temaram. di selasela sorot cahaya. kendaraan melaju ke mana. entah. ke dalam pikiran yang simpang siur. antara kenang dan kenang. menembus malam. menjelajah riwayat waktu.

Comments

Popular posts from this blog

RUMAH PUISI DUNIA MAYA

- dengan Blog siapa pun bisa menjadi sastrawan Oleh : Qaris Tajudin(Koran Tempo, Ruang Baca, Februari 2007) "Every writer mus have an address," kata Cythia Ozick. Setiap penulis memiliki 'rumah'. Dan di dunia maya, para penulis mendapatkan pada blog. Berbeda dengan mailing list yang menjadi tempat mereka berbagi dan berdiskusi, blog adalah sesuatu yang lebih personal. Orang boleh singgah, tapi mereka adalah tamu. Pengunjung boleh ada, tapi kehadiran mereka bukan inti keberadaannya. Blog adalah eksistensi pemiliknya. Popularitas blog yang meroket sejak pergantian milenium ini memunculkan demokratisasi (untuk yang kesekian kalinya) di ranah maya. Tanpa duit dan prosedur berbelit, setiap orang bisa memiliki tempat di internet. Ini mengundang banyak orang untuk mematok kapling di dunia maya. Tak perlu diisi dengan hal-hal serius, toh kita bisa mendapatkannya dengan amat mudah. Lebih mudah dari menulis di buku diari.Para blogger menumpahkan muntah mantihnya di sana. Term...

dan

dan jiwa yang sedang bergejolak itu mendidihkan kenangan-kenangan hingga matang puisi di tungku jiwamu hingga waktu menghela kereta mimpi ke segala tak berbatas nafasmu