Sajak-sajak Nanang Suryadi 2010
BURUNG-BURUNG BERNYANYI DI PAGI HARI
setiap pagi burung burung mampir di halaman rumahku. bernyanyi bersama pagi. bersama matahari ?
apa kabar kataku, pada nyanyiannya yang riang. mereka mematuk remah-remah dan berdendang. di coklat tanah. di halaman rumah
aku ingat arcana menyimpan nyanyi burung. dalam ingatannya yang puisi. burung burung membuat sarang, bertelur dan mengeram.
kanak-kanak burung mencericit. burung burung mencari makan sambil bernyanyi setiap pagi. menyambut matahari
AKU TAFSIRKAN FIRASAT
dari ayat puisi yang tersendat karena engkau penyair sekarat selesaikan kalimat?
sajak yang letih mendongakkan kepalanya ke langit. bulan sabit, langit hitam, bintang berkedip. seperti galau di dadanya
demi cinta yang tak kau pahami, tapi kau rasa, dalam gelincir airmata
Yang Merindu adalah Aku, Yang Mencinta adalah Aku
penyair yang merindu adakah diriku penyair yang mencinta adalah diriku menatah syair di lintas waktu? melintas ke dalam dada, mungkin kenang yang membuatmu gila. karena cinta demi cinta tersebab cinta huruf huruf menghunjamnya
CINTAMU DEMIKIAN MURNI
Serupa bunga bunga mekar liar di hutan perawan.?
SEPERTI KANAK
yang selalu mencipta dunianya sendiri. Demikian juga engkau. Demikian riang. Sebening mata. Tanpa dosa..?
Langit hijau, rumput biru, hujan es krim, ngeong burung. Semua adalah fiksi. Kecuali cintamu, padaku.
ini duniamu kanak. Coretan di tembok. Mainan berserak di lantai di sofa di meja. Ah kanak, tak ada yang perlu dirisaukan
Ada yang menyerpih, mungkin Ingatan
aksara menggelepar di langit yang putih. serupa engkau yang merindu kata. kata yang terus memburu. hingga engkau dan huruf gemetar?
ingatan yang menyerpih kau susun satu demi satu. seserpih rindu. seserpih cinta. serpih serpih masa lalu. di dalam puisi.
Di perbatasan Senja
Senja dan malam berbagi gelap dan terang, secuplik cahaya dan temaram?
Memandang Senja yang Hujan
ku duduk di sini. memandang senja yang hujan. tak ada engkau. hanya angin dan sisa cahaya menyelinap dalam temaram. kau dimana?
sebagai pena, ingin kutulis sajak dalam baris-baris yang ganjil, sesuatu yang mungkin teramat asing, dan kau menyebutnya: puisi
kau kenang juga daun yang gugur di senja puisi, sebagai cinta yang mencium keningmu?
biarkan aku menyelinap, dalam kenangmu yang biru. agar kau tahu, ada aku yang merindukanmu. selalu.
kenang yang biru. langit yang biru. mimpi yang biru. dan juga rindu yang biru. kau pulas di kanvas hidupku.
kanvas yang kau hias dengan segenap rindu, telah kupajang di galeri. kupandang selalu. penuh cinta
Secangkir Teh yang Penuh Airmata
secangkir teh, mungkin kau sebut sebagai kenang. atau kasih sayang. kuseduh penuh cinta dan airmata. mungkin kau rasa asinnya??
Akulah Angin
akulah angin. yang ingin menciummu dengan kelembutan. agar engkau terlelap dalam tidur. mimpikan aku. sepenuh rindu.?
Kita Tulis Senjahari
senjakah itu yang tersenyum. hingga engkau digenang kenang. mari kemari. kita tulisi senjahari. dengan puisi. pegang ini jemari.?
karena hujan yang puisi
kaulah kabut selepas hujan. gigilkan kenangku. padamu. di dalam puisi hujan menyihirku menjadi penyair. seperti ini kali.?
rambut hijau. rumput hijau. bertumbuhan di dalam benakku. karena hujan yang puisi. serupa rindu yang tak mau menunggu. cintamu
Biarlah Aku Hangat Matahari
Cintamu mungkin membeku dalam kulkas kenangan. Tapi cintaku akan melumerkannya.?
Kenang gigilkanmu dalam rindu. Matahari dalam diriku menyapamu. Agar hangat. Agar kau ingat. Ada aku di dekatmu.
Kau cintai aku seperti kau cintai dirimu. Kucintai engkau seperti kucintai diriku sendiri. Begitulah, cermin berkata.
Silsilah
matahari dan hujan melahirkan pelangi. aku dan engkau menjadi puisi.?
Yang Membeku adalah Waktu
Yang membeku adalah waktu. Saat engkau demikian membisu. Yang membeku adalah diriku. Saat kau diamkan melulu.?
Sepi yang Hijau
sepi yang hijau. sepi yang pukau. dan aku? ingin racau. muntah kata.?
Di Kotamu
di kotamu segala menjadi mungkin. mungkin engkau akan lupa. tapi tidak untukku. kau, kota dan senja tertera di dalam ?mata.
di kotamu, senja membawa gema adzan. tataplah langit, biarpun sebentar. agar kau tahu ada doa mengepak di sisa cahaya.
di kota ini masih tersisa jejakmu, pada tembok dan patung di sudut itu. seperti engkau tetap menunggu.
di kotamu hujan mencipta sungai sungai puisi. mobil dan motor menjelma ikan. berenang di arusnya. mungkinkah itu airmatamu?
di kotamu kekasih, kenangan menjelma gelembung gelembung yang ditiup kanak. mencipta alun alun yang sama. senja itu.
KARENAMU.
Jarum jam mengaduh. Ingin kembali ke titik nol. Perjumpaan denganmu?
Mungkin Kau Tak Ingin Dengar
masihkah kau dengar lonceng-lonceng rindu. digemakan angin. tapi mungkin engkau tak ingin. dan menulikan semua dari masa lalu.?
KAU RINDUKAN MALAM
yang murni. Serupa puisi yang tak henti menari. Dari jemari waktu kau tunggu. Menitik dari puncak sunyi ?
Segala tentang Mungkin, Sesuatu tentang Cinta
mungkin racauku racau mimpi siang bolong. tapi kata telah mengutukku. menitipkan benihnya di kepala. dan kukabarkan padamu: kata!?
aku tulis sajak cinta karena usia tak ingin sia-sia. dan cinta harus dikabarkan. dari cinta ke cinta. dari rasa ke rasa. dari aku kepadamu.
mungkin ingin kau hitung, berapa benih kau tanam. dan pahala hamil tua. tapi apakah cinta membutuhkan itu semua?
mungkin engkau akan bisikkan segala yang rahasia. atau kau teriakkan segala yang menjadi sesal. tapi biarkan aku menerjuni arusmu
mungkin kau ingin menulis. pada buku. tentang halaman-halaman yang hilang. catatan yang raib. dalam kepul asap. dan peniadaan.
mungkin waktu. yang akan mengabarkan. pada angka-angka yang bertanggalan. dari kalender. kau akan tetap mengingat. atau lupakan.
Beranda Milik Kita, ada Puisi Berangin
ada puisi yang berangin. di beranda buku terbuka. engkau membaca. mengeja kata. bersama angin dan dingin. bersenda. senda.?
beranda milik kita. tanpa kursi dan meja. hujan menempias tembok, lantai dan wajah kita. dan kita tertawa. demikian bahagia.
Langit Kenang
di langit malam siapa yang kau lihat? aku atau bayang kenangmu. serupa ciuman yang menghantu bibirmu.
kau ingin pupus hapus kenang itu? yang membuatmu gila sasar rindu dendam. peluklah aku, seperti ingin kau peluk langit itu.?
Aku Selalu Bertanya, dan Engkau tak Pernah Bosan
aku selalu tersesat dengan tanyaku sendiri. tapi engkau selalu menunjukkan ramburambu dan peta. di garis tangan di garis hidup aku bertanya?
Jagalah: Mulutmu!
ada yang akan menerkammu. mungkin kata. yang tak kau jaga. beranak pinak di belantara. liar. mengintaimu diam diam.?
Selamat Pagi!
selamat pagi! matahari sepenggalah tingginya. menghangatkan jiwamu jiwaku. penuh seluruh. sehangat cinta. seceria bahagia?
selamat pagi, katamu kepada matahari. dirimu sendiri. yang mencahaya demikian lembut. menyingkap kabut. mencium embun di daundaun.
ada yang debar mungkin dari kabar
?ada yang debar. mungkin dari kabar: serbuk karbit, logam berkarat, secarik ancaman yang sakit.
mungkin wajahmu yang nyeri. atau dadaku yang ngeri. meraba kelam semakin geram. di kepala yang sakit. di hati yang pahit. kau simpan apa?
mungkin dendamlah yang kau peram. karena cinta tak pernah kau paham. dan segala demikian waham.
seteguk demi seteguk kopi pahit. bayang menyilang dari darah bersimbah. wajah yang lelah. menatapmu.
hidup demikian pahit. surga teramat jauh. melintasi padat jalan raya. sepeda demikian rapuh. dan cinta?
cinta demikian asing. tak henti merahasia.
Di Puncak Malam
pangeran, aku harus pergi. malam akan sampai puncaknya. cinderella berteriak dalam hati, karena masih ingin merengkuh jemari yang kukuh.
malam yang menua. malam yang akan menyirnakan segala mimpi. pada dentang penghabisan, dia kan temukan nasibnya.
puisi, puisi cinta, puisi cinta romantis, puisi kangen, puisi kehidupan, puisi kematian, puisi kenangan, puisi kesepian, puisi penantian, puisi perjalanan cinta, puisi perjalanan hidup, puisi perjuangan, puisi persahabatan, puisi rindu, puisi romantis, puisi ulang tahun, sajak, sajak cinta, sajak kekasih, sajak keluarga, sajak ulang tahun, syair cinta,syair kehidupan
Sila ditengok juga:
Comments