Skip to main content

Contoh Puisi Puisi Yang Sepi

HITAM BAYANG

Kota dan bayang bayang melaju menderu ke arah tak tentu
Mimpi digariskan dalam tidur panjang
Terbunuhlah kanak oleh jemari kutuk
Ditikam dengan bengis ke dalam lubuk jantungnya
Karena nyeri kehidupan
O, berlepasanlah segala riwayat
Dari kehendak
Diserukan gemuruh diserukan deru
Manusia yang kehilangan
Mencampakkan engkau ke dalam parit-parit
Lubang kelamin
Tegang kelamin
Di kelangkang waktu
Hingga bertumbuhan ilusi dalam rahim imaji menggeliatkan janin kalimat
Detak jantungnya adalah hentak tak jelas
Demikian lamat menyeru kehidupan atau sekarat kematian



HANYA ENGKAU

jerit lindap dari kedalaman jiwa yang kosong menyeru meminta jawab rahasia nyeri di mana akhir di mana ujung derita tak bertepi tak tergapai daratan pantai di mana engkau menanti dengan senyum dengan peluk cium o dekaplah aku ayun ambinglah dalam perahu cintamu biar kukayuh biar simbah segala napsu biar punah segala syahwat lebur dalam cahaya cintamu yang gelombang arusnya menenggelamkan ke dalam hakikat kesejatian lumatlah lumatlah dengan sepenuhnya hingga habis diri tumpas diri yang ada hanya adamu semata engkau semata


MENGALIRLAH HIDUP

mengalirlah hidup mengalirlah bersama airmata mengalirlah hidup mengalir bersama mimpimimpi mengalirlah hidup menglir bersama derai tawa luka o inilah catatan yang telah menjadi saksi kesekian tentang kesepian manusia yang terlunta di padang padang buru di padang padang pencarian diri kekasih diri di mana kan ditemu di mana dijumpa karena janji yang ditera jemarinya di telapak tangan sebagai guratan nasib o engkau menarilah bersamaku menari dalam tangis derita bahagia menari dalam darah yang menyembur nyembur menderas mencari asal mula darah asal mula hembus napas asal mula kesejatian hidup



PADA HURUF YANG GEMETAR

pada huruf yang gemetar tersimpan sepi puisi dan gelisah sunyi penyair mengendap di kedalaman palung jiwa menyerta mimpi yang meronta dari dekap peluk waktu fana

Comments

Popular posts from this blog

Kumpulan Puisi Sosial Politik Kemasyarakatan

Kumpulan Puisi Sosial Politik Kemasyarakatan SAJAK-SAJAK NANANG SURYADI  ORANG ORANG  YANG MENYIMPAN API DALAM KEPALANYA PADA TEMARAM PERTARUHAN DIMAINKAN di sudut sebuah pasar malam, bayangan tentang las vegas, macao, dan crown melintas-lintas dalam benakku, seorang perempuan tua meraup coin dari alas penuh nomer, pada temaram pertaruhan dimainkan, nasib baik atau buruk penjudi kelas teri di pojok yang lain, gambar ikan dan udang yang ditebak menyimbolkan apa? selain penasaran yang minta dilunaskan, karena kekalahan menikam ulu hati, memakilah, karena tiada mampu berbuat apa melihat segalanya terjadi: upeti diselinapkan pada tangan siapa. namun adakah yang peduli, karena pertaruhan terus dimainkan. hidup dan mati di meja kehidupan. (sepertinya malam telah begitu larut, dalam benak kita menari-nari dursasana dan sengkuni yang menang dadu. adakah kita pandawa yang terusir ke hutan belantara?) Malang, 1997 KINCIR DIAM SEBUAH PASAR MALAM

Kumpulan Puisi Protes Sosial: Surat Untuk Ibu Pertiwi

Sajak-sajak NanaNg SuRyaDi SURAT UNTUK IBU PERTIWI STOP PRESS, 1998 "untuk hidup mengapa begitu rumitnya?" televisi menyala: rupiah terpuruk jatuh harga membumbung tinggi banyak orang hilang tak tentu rimbanya 12 Mei 1998 mahasiswa mati tertembak siapa? 13-14 Mei 1998 kota-kota terbakar kerusuhan perkosaan, teror! 21 Mei 1998: "sang raja lengser keprabon" graffiti menyala di tembok-tembok: "pendukung reformasi" eksodus: "singapura-hongkong-china-taiwan!" munaslub: "turunkan para pengkhianat!" ninja beraksi, orang berlari, maubere: "referendum!" "mengapa hidup begitu rumitnya?" seorang ayah bunuh diri bersama empat anaknya 1998, belum usai... (hari ini ada berita apa lagi?) Malang, 1998  DERING TELPON DARI MANA ASALNYA dering telpon dari mana asalnya, berdering-dering saja, kabarkan apa, apakah berita yang sama seperti kemarin, tentang sebuah negara berkembang

Contoh Sajak Rindu kepada Tuhan

Di Saat Aku Merinduimu Genta waktu yang kau bunyikan Dentingnya sampai di sini Di penghujung hari Saat ku merinduimu Apa yang ingin kau kabarkan? Di kelebat saat yang fana Engkau demikian abadi Dalam ingatanku Sejak kau hembus Tak pupus Hingga kini Hingga gigilku sendiri Merinduimu Di lelangit harap dan mimpi Kutatap Juntaian takdir Leliku Jalan-jalan bercabang Sampaikah aku Menujumu? Di hariba Cintamu