Skip to main content

Sampai di Titik Ini



Sampai di titik ini sampai
Di detik yang terus melaju

Tak henti

Sepanjang usia direntang
Makna apa yang tereja

Tak henti

Membusur bayang-bayang
Mungkin maut yang mengendap

Tak henti

Di lubuk rindu tatap matamu
Lamat menyapa pada ingatan

Tak henti

Berjalan ke arah senja
Hingga sampai di garis gelap terang

Tak henti

Mengeram nyeri dalam dada
Karena rindu kembali rindu

Tak henti

Hingga kau sambut aku
Dengan peluk

Di hariba Cintamu

Depok, 8-10 Juli 2003


Comments

Popular posts from this blog

RUMAH PUISI DUNIA MAYA

- dengan Blog siapa pun bisa menjadi sastrawan Oleh : Qaris Tajudin(Koran Tempo, Ruang Baca, Februari 2007) "Every writer mus have an address," kata Cythia Ozick. Setiap penulis memiliki 'rumah'. Dan di dunia maya, para penulis mendapatkan pada blog. Berbeda dengan mailing list yang menjadi tempat mereka berbagi dan berdiskusi, blog adalah sesuatu yang lebih personal. Orang boleh singgah, tapi mereka adalah tamu. Pengunjung boleh ada, tapi kehadiran mereka bukan inti keberadaannya. Blog adalah eksistensi pemiliknya. Popularitas blog yang meroket sejak pergantian milenium ini memunculkan demokratisasi (untuk yang kesekian kalinya) di ranah maya. Tanpa duit dan prosedur berbelit, setiap orang bisa memiliki tempat di internet. Ini mengundang banyak orang untuk mematok kapling di dunia maya. Tak perlu diisi dengan hal-hal serius, toh kita bisa mendapatkannya dengan amat mudah. Lebih mudah dari menulis di buku diari.Para blogger menumpahkan muntah mantihnya di sana. Term...

dan

dan jiwa yang sedang bergejolak itu mendidihkan kenangan-kenangan hingga matang puisi di tungku jiwamu hingga waktu menghela kereta mimpi ke segala tak berbatas nafasmu