Skip to main content

Contoh Puisi Hidup Kehidupan

MEMBACA PUISI, SUATU KETIKA

menelusur kata-kata
menerka tanda
memberi makna

hampa

huruf dieja
mengharap irama
bebunyian jiwa

hampa


HANYA AIRMATA
:cahaya hastasurya

hanya airmata merembes pelupuk membasah di pipi menetes di ubun-ubunmu
sebagai doa sebagai pinta kepadanya semoga engkau sehat senantiasa

hanya airmata tanpa ucap kata-kata menembus malam di saat napasmu
tersengal tak berdaya

hanya airmata menetes di ubun ubun kepala


MENYEBERANG JEMBATAN TUA

jembatan tua
sungai curam
onggokan sampah
gerombolan lalat
bau busuk

dimana puisi

deru traktor
kepak burung
lumpur hitam
genangan hujan
bentangan sawah

dimana puisi

jembatan bambu merapuh
usia merapuh
tubuh merapuh
ingatan merapuh
kata kata merapuh

dimana puisi

dimana engkau dimana
dimana aku dimana
dimana dia dimana
dimana mereka dimana
dimana kita dimana

dimana puisi


BERDETAK-DETAK MENGETUK PINTUMU

berdetak detak jejantung harap mengetuk pintumu
sekian lama tak berjumpa membentang jarak rinduku

masihkah ada makna airmata dan degup menyeru
berdetak-detak jejantung mengharap cintamu

aku mengerti engkau maha mengerti
di sepanjang waktu selalu kau temui

ke mana pun akan pergi
hanya kau yang kan ditemui

segala kan kembali
padamu, juga ku kan kembali

Comments

keni love niken said…
sepatah kata membuat kita tersingung.
satu kata buat kita sakit hati....
jika aku salah.....
megucap mohon dimaafkn aku hanya manusia biasa yg tidak sadar akan kesalahan yg tidak aku sengaja taupun aku segaja.?

orang bisa ja buat salah....
tapi maafkan lah orang yang buat salah...
allah ja bisa maafkan hambanya meski mereka berbuat n menjauh dari ALLAH MAHA PEMAAF DAN MAHA PEGASIH....?



EMMYL 08\O9\2OO9

Popular posts from this blog

Kumpulan Puisi Sosial Politik Kemasyarakatan

Kumpulan Puisi Sosial Politik Kemasyarakatan SAJAK-SAJAK NANANG SURYADI  ORANG ORANG  YANG MENYIMPAN API DALAM KEPALANYA PADA TEMARAM PERTARUHAN DIMAINKAN di sudut sebuah pasar malam, bayangan tentang las vegas, macao, dan crown melintas-lintas dalam benakku, seorang perempuan tua meraup coin dari alas penuh nomer, pada temaram pertaruhan dimainkan, nasib baik atau buruk penjudi kelas teri di pojok yang lain, gambar ikan dan udang yang ditebak menyimbolkan apa? selain penasaran yang minta dilunaskan, karena kekalahan menikam ulu hati, memakilah, karena tiada mampu berbuat apa melihat segalanya terjadi: upeti diselinapkan pada tangan siapa. namun adakah yang peduli, karena pertaruhan terus dimainkan. hidup dan mati di meja kehidupan. (sepertinya malam telah begitu larut, dalam benak kita menari-nari dursasana dan sengkuni yang menang dadu. adakah kita pandawa yang terusir ke hutan belantara?) Malang, 1997 KINCIR DIAM SEBUAH PASAR MALAM

Kumpulan Puisi Protes Sosial: Surat Untuk Ibu Pertiwi

Sajak-sajak NanaNg SuRyaDi SURAT UNTUK IBU PERTIWI STOP PRESS, 1998 "untuk hidup mengapa begitu rumitnya?" televisi menyala: rupiah terpuruk jatuh harga membumbung tinggi banyak orang hilang tak tentu rimbanya 12 Mei 1998 mahasiswa mati tertembak siapa? 13-14 Mei 1998 kota-kota terbakar kerusuhan perkosaan, teror! 21 Mei 1998: "sang raja lengser keprabon" graffiti menyala di tembok-tembok: "pendukung reformasi" eksodus: "singapura-hongkong-china-taiwan!" munaslub: "turunkan para pengkhianat!" ninja beraksi, orang berlari, maubere: "referendum!" "mengapa hidup begitu rumitnya?" seorang ayah bunuh diri bersama empat anaknya 1998, belum usai... (hari ini ada berita apa lagi?) Malang, 1998  DERING TELPON DARI MANA ASALNYA dering telpon dari mana asalnya, berdering-dering saja, kabarkan apa, apakah berita yang sama seperti kemarin, tentang sebuah negara berkembang

Contoh Sajak Rindu kepada Tuhan

Di Saat Aku Merinduimu Genta waktu yang kau bunyikan Dentingnya sampai di sini Di penghujung hari Saat ku merinduimu Apa yang ingin kau kabarkan? Di kelebat saat yang fana Engkau demikian abadi Dalam ingatanku Sejak kau hembus Tak pupus Hingga kini Hingga gigilku sendiri Merinduimu Di lelangit harap dan mimpi Kutatap Juntaian takdir Leliku Jalan-jalan bercabang Sampaikah aku Menujumu? Di hariba Cintamu