Skip to main content

3 Sajak Untuk Dimas Arika Mihardja

AKU TULIS DI DINDINGMU

buat:dimas arika mihardja

aku tulis dindingmu dengan segala kenang yang berdentang
o, berdentang juga mimpi-mimpi kanak yang menyerumu dengan parau:
beri aku puisi, biar lelap tidur malamku!

Malang, 2010



SATU ANGSA DUA ANGSA DI DANAU PUISI
buat:dimas arika mihardja

seekor angsa dua ekor angsa berenang-renang di danau puisimu
sedanau puisi demikian bening demikian hening

ditingkah kecipak riak dihembus lembut angin
mari ke mari, bersama kita menatap senja ke mana kita kan kembali.

Malang, 2010



MUNGKIN KAU INGAT
buat: dimas arika mihardja

mungkin kau ingat baris-baris puisi: yang kelak retak, namun kita menjadikannya abadi. ah, mungkin tak kuhapal baris baris yang sesungguhnya. seperti percakapan kita yang timbul tenggelam dalam kenangan. antara ingat dan lupa.



Malang, 2010

Comments

Popular posts from this blog

RUMAH PUISI DUNIA MAYA

- dengan Blog siapa pun bisa menjadi sastrawan Oleh : Qaris Tajudin(Koran Tempo, Ruang Baca, Februari 2007) "Every writer mus have an address," kata Cythia Ozick. Setiap penulis memiliki 'rumah'. Dan di dunia maya, para penulis mendapatkan pada blog. Berbeda dengan mailing list yang menjadi tempat mereka berbagi dan berdiskusi, blog adalah sesuatu yang lebih personal. Orang boleh singgah, tapi mereka adalah tamu. Pengunjung boleh ada, tapi kehadiran mereka bukan inti keberadaannya. Blog adalah eksistensi pemiliknya. Popularitas blog yang meroket sejak pergantian milenium ini memunculkan demokratisasi (untuk yang kesekian kalinya) di ranah maya. Tanpa duit dan prosedur berbelit, setiap orang bisa memiliki tempat di internet. Ini mengundang banyak orang untuk mematok kapling di dunia maya. Tak perlu diisi dengan hal-hal serius, toh kita bisa mendapatkannya dengan amat mudah. Lebih mudah dari menulis di buku diari.Para blogger menumpahkan muntah mantihnya di sana. Term...

dan

dan jiwa yang sedang bergejolak itu mendidihkan kenangan-kenangan hingga matang puisi di tungku jiwamu hingga waktu menghela kereta mimpi ke segala tak berbatas nafasmu