Skip to main content

Aku Datang, Bali

(1)
tabanan ombak putih putih menyeru pantai menyeru nyiur menyeru rerumputan menyeru pesawahan di subuh yang menetas menjelma pagi

(2)
jalan berkelok kelok. berkelokkelok jalan. naik turun naik turun naik. menanjak menikung menurun menikung. kehidupan. oi kehdupan. kubaca tanda di jalan raya.

(3)
hijau pesawahan. subak. hijau. subak. sawah. subak. mengalir air. subak. dari atas ke bawah. subak. mengalir adil. subak. hijau pesawahan.

(4)
denpasar. terik matahari. hidung mampet. penyair kehilangan kata kata yang sederhana. siang yang asing. menunggu kopi hitam. kendaraan tak menjemput juga. fesbuk tak pernah dipadamkan. jerit peluit tukang parkir. celoteh tak habis. aku ngantuk.

(5)
wangi bunga harum dupa. hantarkan doa doa. degung menggaung mencipta ruang renung. di panas udara. di silir angin. bergulung kenang. menyapa diriku

Comments

Popular posts from this blog

RUMAH PUISI DUNIA MAYA

- dengan Blog siapa pun bisa menjadi sastrawan Oleh : Qaris Tajudin(Koran Tempo, Ruang Baca, Februari 2007) "Every writer mus have an address," kata Cythia Ozick. Setiap penulis memiliki 'rumah'. Dan di dunia maya, para penulis mendapatkan pada blog. Berbeda dengan mailing list yang menjadi tempat mereka berbagi dan berdiskusi, blog adalah sesuatu yang lebih personal. Orang boleh singgah, tapi mereka adalah tamu. Pengunjung boleh ada, tapi kehadiran mereka bukan inti keberadaannya. Blog adalah eksistensi pemiliknya. Popularitas blog yang meroket sejak pergantian milenium ini memunculkan demokratisasi (untuk yang kesekian kalinya) di ranah maya. Tanpa duit dan prosedur berbelit, setiap orang bisa memiliki tempat di internet. Ini mengundang banyak orang untuk mematok kapling di dunia maya. Tak perlu diisi dengan hal-hal serius, toh kita bisa mendapatkannya dengan amat mudah. Lebih mudah dari menulis di buku diari.Para blogger menumpahkan muntah mantihnya di sana. Term...

dan

dan jiwa yang sedang bergejolak itu mendidihkan kenangan-kenangan hingga matang puisi di tungku jiwamu hingga waktu menghela kereta mimpi ke segala tak berbatas nafasmu