Skip to main content

Sajak Di Akhir Tahun

di akhir tahun ini, apa yang coba kau ingat, apa yang coba kau lupakan?

angka angka telah berguguran, dari kalender, hari yang kau lewati, hari yang kau khidmati, dengan langkah tak henti

mungkin ingin kau lupakan kekalahan demi kekalahan, kesedihan demi kesedihan, peristiwa yang menyakitkan

mungkin kau abadikan segala yang membuatmu bahagia. sebagai kenang. sebagai bayang.

huruf huruf yang gemetar di jemarimu, menanda hari berganti, jam berganti, detik berganti

apa yang telah kau lakukan, apa yang telah kau rencanakan, apa yang telah kau katakan, apa yang telah kau inginkan

30 Desember 2010

Comments

Vansliber said…
karya nya bagus2 kakak...

kalau sempet mampir juga di blog saya...

http://www.vansliber.co.cc
MJ said…
Bagus-bagus puisinya... keep posting ya pak.
Fini Fitriani said…
aku suka gaya menulis anda, visit me juga yach...tq

Popular posts from this blog

RUMAH PUISI DUNIA MAYA

- dengan Blog siapa pun bisa menjadi sastrawan Oleh : Qaris Tajudin(Koran Tempo, Ruang Baca, Februari 2007) "Every writer mus have an address," kata Cythia Ozick. Setiap penulis memiliki 'rumah'. Dan di dunia maya, para penulis mendapatkan pada blog. Berbeda dengan mailing list yang menjadi tempat mereka berbagi dan berdiskusi, blog adalah sesuatu yang lebih personal. Orang boleh singgah, tapi mereka adalah tamu. Pengunjung boleh ada, tapi kehadiran mereka bukan inti keberadaannya. Blog adalah eksistensi pemiliknya. Popularitas blog yang meroket sejak pergantian milenium ini memunculkan demokratisasi (untuk yang kesekian kalinya) di ranah maya. Tanpa duit dan prosedur berbelit, setiap orang bisa memiliki tempat di internet. Ini mengundang banyak orang untuk mematok kapling di dunia maya. Tak perlu diisi dengan hal-hal serius, toh kita bisa mendapatkannya dengan amat mudah. Lebih mudah dari menulis di buku diari.Para blogger menumpahkan muntah mantihnya di sana. Term...

dan

dan jiwa yang sedang bergejolak itu mendidihkan kenangan-kenangan hingga matang puisi di tungku jiwamu hingga waktu menghela kereta mimpi ke segala tak berbatas nafasmu